Pernahkah Anda melihat pohon ketapang?

Pohon ketapang atau Terminalia catappa merupakan tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia. Pohon ini mudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga bisa tumbuh dimana saja. Tanaman ini dapat dimanfaatkan dari batang, biji, atau daun ketapang. Pohon ketapang memiliki daun yang berwarna merah muda hingga kuning merah sebelum jatuh. Ketika daun sudah mengering, jatuh dan berserakan di sekitar pohon ini tumbuh.

Ketapang menggugurkan daunnya dua kali dalam satu tahun, sehingga tumbuhan ini bisa bertahan menghadapi bulan-bulan yang kering. Daun yang berguguran dan berserakan belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga permasalahan yang muncul berupa sampah daun ketapang yang melimpah dan menumpuk. Padahal daun ketapang dapat memberikan manfaat untuk kesehatan manusia, pewarna kain atau sebagai media pembelajaran kimia pada materi pokok indikator asam basa. Indikator asam basa tidak hanya berasal dari sintetis, tetapi juga sering ditemukan di alam. Jika hanya mengandalkan indikator dari bahan sintetis, bahan-bahan kimia atau sintetis yang digunakan sebagai indikator hanya terbatas dan harganya mahal. Selain itu, penggunaan indikator sintetis yang berlebihan akan menimbulkan polusi kimia yang mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan. Sedangkan jika menggunakan indikator alami jumlah bahannya tidak terbatas, murah, dan tentu limbah yang dihasilkan tidak berbahaya bagi lingkungan.

Daun ketapang mengandung senyawa aktif berupa antosianin dan tanin, tetapi yang lebih dominan adalah pigmen tanin yang berpotensi sebagai sumber zat warna. Kandungan zat tanin pada ketapang dapat menghasilkan warna cokelat, sedangkan antosianin menghasilkan warna merah. Untuk memperoleh zat tanin dari daun ketapang dapat dilakukan dengan cara ektraksi. Mengekstrak kandungan pigmen tanin dan antosianin dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut yang aman dan ramah lingkungan (safer solvent and auxiliaries) yaitu pelarut air. Prosedurnya mudah untuk dilakukan yaitu dengan memasak daun ketapang yang sudah dibersihkan dan dikeringkan pada air yang sudah mendidih dan dihentikan jika warna merah kecoklatan dari daun ketapang sudah timbul.

Indikator alami dalam bentuk larutan biasanya tidak bertahan lama, mudah rusak, dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk mengatasinya, kita dapat membuatnya dalam bentuk kertas indikator dengan memanfaatkan kertas saring teh atau jika Anda suka dengan seni, Anda dapat menggunakan kain sehingga akan menghasilkan karya.

Indikator daun ketapang ini dapat dicelupkan pada larutan yang bersifat asam dan basa untuk melihat perubahan warnanya. Larutan asam maupun basa yang digunakan tentu mudah untuk ditemukan dan tidak berbahaya pada lingkungan. Larutan yang digunakan yaitu air kran, air jeruk nipis, air cuka, obat maag dan kapur sirih dengan senyawa kimia kalsium hidroksida (Ca(OH)2) yang dilarutkan dalam air. Pada percobaan indikator ini menggunakan kertas sebagai medianya agar dapat melihat perbedaan warna yang dihasilkan.

Larutan Hasil Pengamatan
Jeruk nipis Dari warna kertas cokelat berubah warna sedikit pudar.
Asam cuka Dari warna kertas cokelat berubah warna sedikit pudar dan berwarna lebih terang (warna pudar).
Obat maag Dari warna kertas cokelat berubah warna menjadi cokelat kehitaman (cokelat lebih pekat).
Kapur sirih Dari warna kertas cokelat berubah warna menjadi cokelat kehitaman.
Air kran Tidak terjadi perubahan warna (kertas tetap berwarna cokelat).

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun ketapang dapat dimanfaatkan sebagai indikator karena terdapat perubahan warna setelah dicelupkan pada larutan yang bersifat asam dan basa. Selain bahan yang digunakan ramah lingkungan, sisa dari hasil ekstraksi daun ketapang juga memberikan manfaat, seperti dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman dan sebagai antijamur untuk ikan cupang. Penggunaan daun ketapang sebagai indikator asam basa tidak menimbulkan limbah bahkan memberikan manfaat untuk lingkungan sekitar.

Sumber: https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/6168fde7b94d1/beragam-manfaat-daun-ketapang-untuk-kesehatan-ikan-dan-manusia